Membedakan Fungsi dan Peran Tanda Hubung dan Tanda Pisah

Sekilas mirip, keduanya sering disangka memiliki fungsi yang sama. Padahal menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), sudah dijelaskan bahwa tanda hubung (-) dan tanda pisah (—) memiliki fungsi yang berbeda.  Lagipula, jika kita perhatikan baik-baik, tampak jelas bahwa tanda pisah memiliki bentuk yang sedikit lebih panjang daripada tanda hubung. Maka pertanyaan selanjutnya adalah: bagaimana dengan kaidah penggunaannya dalam kalimat atau sebuah narasi?

Artikel ini secara khusus akan membahas perbedaan fungsi dan peran keduanya disertai dengan sejumlah contoh.  Perhatikan paparan berikut:

 

1. Tanda Hubung (-)

Tanda baca berbentuk garis ‘setrip’ ini memiliki beberapa kegunaan, di antaranya adalah untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris.  Meskipun demikian, kaidah ini sudah banyak diabaikan dalam konteks penulisan digital karena dengan komputer, garis batas sisi dan spasi per halaman sudah bisa diatur dengan mudah. Akan tetapi, jika kita berniat menulis tangan atau menggunakan mesin ketik, kaidah yang ini masih harus diperhatikan.

Misalnya:

  1. Di samping perumahan lama, ada juga wa-

rung-warung tenda.

  1. Para petani Wonosobo berhasil membudidayakan to-

mat hijau.

  1. Kini ada cara yang baru untuk meng-

ukur panas.

  1. Parut jenis ini memudahkan kita me-

ngukur kelapa.

 

Selain itu, tanda hubung juga dipakai untuk menyambung unsur kata ulang. Ini juga untuk membedakan mana kata ulang dan mana kata yang sering disangka kata ulang (seperti kata ‘asal usul’, misalnya).

Contoh:

  1. Dia sangat peduli pada kesehatan anak-anak.
  2. Andarini sudah menonton film itu berulang-ulang.
  3. Ketika kulitnya sudah berwarna kemerah-merahan, itu tandanya buah apel siap dipetik.
  4. Maman terus saja mengorek-ngorek luka lama.

 

Selain itu, tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka atau menyam­bung huruf dalam kata yang dieja satu-satu. Misalnya:

  • 10-11-2017
  • b-i-r-o-k-r-a-s-i

 

Untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan, tanda hubung juga bisa dipakai. Tujuannya adalah untuk memberikan penekanan tentang apa yang sebenarnya si penulis coba ungkapkan dengan pilihan katanya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut:

  1. ber-evolusi à agar tidak salah disalahartikan sebagai sebagai “ber-revolusi”, sebab evolusi (perubahan dalam tempo sangat lambat) memiliki makna yang jauh berbeda dengan revolusi (perubahan dalam tempo relatif cepat).
  2. dua-puluh-lima ribuan (25 x 1.000) à rentan disalahartikan sebagai dua-puluh lima-ribuan (20 x 5.000).
  3. ²³∕₂₅ (dua-puluh-tiga perdua-puluh-lima) à tanpa tanda hubung, bisa-bisa kita salah mengartikannya menjadi 20 ³∕₂₅ (dua-puluh tiga perdua-puluh-lima)
  4. mesin hitung-tangan à bisa juga dibaca sebagai mesin-hitung tangan jika kita tidak mencantumkan tanda hubung.

 

Ada juga beberapa rangkaian kata yang bisa menggunakan tanda hubung untuk menunjukkan urutan, rentang, atau untuk memadukan partikel dengan singkatan atau istilah asing. Seperti

  1. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Indonesia, se-Jawa Barat);
  2. ke- dengan angka (peringkat ke-2);
  3. angka dengan –an (tahun 1950-an);
  4. kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-SK-kan);
  5. kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas rah­mat-Mu);
  6. huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan
  7. kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang beru­pa huruf kapital (KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku).

 

Namun yang perlu dicatat, tanda hubung tidak bisa dipakai di antara huruf dan angka jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf.

Misalnya:

  1. BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindung-an Tenaga Kerja Indonesia)
  2. LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia)
  3. P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan)

 

Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indo­nesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing. Misalnya:

  1. Ibu Marisa di-sowan-i cucu-cucunya para hari raya kemarin. à dari (bahasa Jawa, ‘didatangi’)
  2. Ruth ber-pariban dengan Hariana jika mengurut dari garis keluarga ibunya. à dari (bahasa Batak, ‘bersaudara sepupu’)
  3. Data-data itu sebaiknya di-back up agar tidak terkena serangan virus à dari (bahasa Inggris, ‘salin sebagai cadangan’)

 

Dan terakhir, tanda hubung dapat digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan. Misalnya:

  1. Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.
  2. Akhiran -isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah menja­di pembetonan.

 

2. Tanda Pisah (—)

Bentuknya sedikit lebih panjang daripada tanda hubung. Menurut PUEBI, tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat, sehingga ketika dibaca, terasa sebuah jeda untuk memasukkan informasi lain di sela rangkaian kalimat tersebut. Misalnya:

  1. Kehadiran Muliyadi, anak Paimin dari hubungan sebelumnya—aku takut—hanya akan membuat penyakit kejiwaan Sainah memburuk.
  2. Kemenangan kita di kejuaraan futsal—saya yakin—dapat dicapai jika kita mau berusaha keras.

 

Senada namun tak sama, tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain. Seperti dalam contoh kalimat:

  1. Mulyadi—anak Paimin dari istri sebelumnya—selalu ketakutan melihat ibu tirinya.
  2. Anak-anak yang tidak kenal lelah ini—Lintang, Darius, Hamidi, dan Syam—telah membuktikan bahwa badan pendek bukan halangan untuk menjadi pemain basket yang handal.

 

Kegunaan lain dari tanda pisah adalah untuk disisipkan di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang mengindikasikan adanya maksud ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.  Misalnya:

  1. Tahun 1971—1985, Darminto masih berusia mempertahankan usaha sate dagingnya di Kebayoran Lama.
  2. Kereta api jalur Jakarta—Bandung telah diresmikan baru-baru ini.

 

Dari paparan di atas, bisa disimpulkan bahwa meskipun wujudnya cenderung mirip, tanda pisah dan tanda hubung memiliki fungsi yang jauh berbeda. Tanda pisah lebih lazim digunakan untuk menjelaskan rentang dan sisipan, dan itulah alasan mengapa kita kemunculannya tidak sesering tanda hubung.

Jadi, sudah tidak bingung lagi, bukan? Selamat berkarya!